Hujan Sore

Udah bulan April, tapi Alhamdulillah hujan masih mengguyur kawasan Bintaro dan sekitarnya….

Seperti sore ini, after DL ada bonus free dadakan, jadilah seharian mager dan rebahan. Ternyata magabut itu enak banget deh, sweeeeer…., diakhir hari geluduk menggelegar, kayaknya bukan PHP karena kemaren juga jam segini ujan, eh bener ga lama kemudian hujan deras banget dah….

Segelas kopi pahit udah siap, menemani dinginnya sore, walo sementara, karena kelar ujan udara dijamin bakal panas lagi, ini jakarta bukan puncak kaaaan….

Kebayang si Yenni yg lagi menyusuri jalanan kota yg pastinya memerah di aplikasi Gmap, tapi biarlah doi ada driver kolektif, paling udah terlelap….

Sepertinya tahrim sudah berkumandang di toa masjid, disuruh persiapan mandi dll before shalat Maghrib

Alhamdulillah ‘ala kuli hal….

Bintaro, 26 April 2024

20 Menit

Kalo udah ketemu pagi weekday yang kebayang adalah padatnya jadwal kegiatan dimana menit demi menit yang berlalu berpengaruh pada ending aktifitas yang bermuara pada jadwal keberangkatan ke stasiun.

Berdasarkan pengalaman, waktu yang dibutuhkan untuk menghandle kegiatan pagi adalah 60 menit. Ngga jadi masalah ketika jadwal sholat shubuh antara jam 4 sampe setengah lima, masih cukup waktu yang tersedia. Jadi riweuh ketika waktu shubuhnya lewat setengah lima, bahkan bisa 5 kurang 10 menit, kalo ikut sholat jamaah di masjid maka selesainya sekitar maksimal jam lima seperempat, ini mepet banget dengan jadwal KRL.

Kalo udah begini biasanya jadwal keberangkatan mundur 20 menit, ikut KRL dari Serpong. Biasanya naik KRL asal Parung Panjang jam 6 pagi di Stasiun Pondok Ranji, udah harus jalan dari rumah jam 6 kurang 20 menit.

Pilihan KRL jam 6 pagi bukan tanpa alasan, pertama stasiun keberangkatannya dari Parung Panjang, terpaut 7 stasiun dari pondok ranji, perjalanan dari Parung Panjang ke Pondok Ranji sekitar 30 menit, jadi sekitar jam 5.30 KRL tersebut berangkat, dengan alasan itu biasanya penumpangnya tidak terlalu padat. Alasan kedua, kalo naek KRL ini di Stasiun Palmerah bisa turun dan melanjutkan perjalanan dengan Bus Transjakarta. Biasanya busnya juga belum terlalu padat dan jalanan belum begitu ramai, sehingga setelah transit 3x pun masih bisa sampai sekitar jam 7 pagi di Halte Pisangan. Pilihan ini hanya membutuhkan biaya transport Rp. 5K saja….

Jika pilihan 20 menit yang diambil maka ketika sampai di Palmerah kondisi lalu lintas sudah ramai dan penumpang bus pun membludak, jadi perjalanan lebih mudah jika diteruskan sampai ke Tanah Abang dan berganti KRL menuju Stasiun Jatinegara. Pilihan berikutnya hanya 1 yang nyaman, naek ojol sampe ke depan kantor dengan cost Rp. 15K.

jadi pilihan 20 menit menimbulkan cost tambahan 15k-2k alias 13k….

Ramadhan 1445 H

Sebenernya ini ramadhan kedua ketika bertugas di kantor pusat, tapi ada yg membedakan dengan tahun lalu, dari sisi transportasi terasa lebih cepet, baik perjalanan pulang maupun perjalanan pergi.

Setelah dipikir-pikir tahun lalu ternyata masih fokus mencari tarif transportasi termurah dan kalo bisa tercepat, masih belum selesai menyimpulkan mana pilihan terbaik karena saat itu belum genap 1 semester di rawamangun.

Ketika hari-hari dalam 1 kalender digenapi barulah kesimpulan itu bulat dibuat, bahwa murah dan cepat itu tidak bisa bercampur dalam 1 skema. Kalo mau murah ada waktu dan jarak yang harus ditempuh dan dikorbankan, kalo mau cepat ada ongkos yang harus dibayar lebih mahal, masuk akal sih…

Dulu, ketika masuk waktu ashar, sekitar jam 15.15, pekerjaan dan peralatannya masih belum dirapihin, selesai sholat baru semua diberesin, alhasil baru bergerak sekitar 30 menit kemudian, terus karena pengen hemat jalan dulu ke halte Trans Jakarta, bisa ditebak….. sampe ke rumah bisa jam 17.30, bahkan lebih….

Sekarang, begitu udah mulai terasa ashar udah deket, semua dirapihin, selesai sholat (pastinya udah lewat 15.30), absen terus langsung pesen GOJEK dengan titik jemput di depan gedung Papua, perjalanan ditempuh sekitar 5 menitan, sampelah di stasiun jatinegara, nunggu 5 menit udah datang KRL arah Tanah Abang. Oiya, sejak SO 7 (switch over ke 7) Stasiun Manggarai, laju perjalanan KRL menjadi lebih teratur, rata-rata waktu tempuh jatinegara ke tanah abang maksimal 20 menit saja. Jadi kalo dihitung dalam 30 menit udah nyampe aja tuh di Tanah Abang. Targetnya sih jam 16.30 udah jalan ke arah serpong, ikut KRL arah Parung Panjang yang relatif tidak padat dibandingkan dengan KRL jurusan Rangkas Bitung.

Jadi kalo sesuai rencana, sebelum jam 17 udah sampe di PONRAN dan masih banyak yang bisa dikerjakan sebelum waktu adzan maghrib berkumandang….

Rawamangun, 19 Maret 2024

2024

Sebaris angka namun bermakna kumpulan hari dalam setahun yang akan dilewati selepas 2023, ya baris angka itu adalah tahun, tahun 2024…

Entah berapa banyak resolusi yang dibuat di setiap awal tahun, ada yang terealisasi, banyak juga yang terlupakan lalu dibuat lagi awal tahun berikutnya, sepanjang masih ketemu awal tahun masih ada kesempatan untuk bikin resolusi, kalopun tidak bikin juga tidak jadi masalah, bebas aja….

2023 sepertinya tahun yang bersejarah, karena setelah menanti sekian lama akhirnya bisa menunaikan ibadah haji. Kesan haji sangat mendalam dan religius namun akan diceritakan di lain postingan aja…

Selamat datang tahun 2024 semoga kita baik baik saja dan makin baik tentunya

Kalo pas emang enak

Suatu hari kebetulan sebelum jam 7 pagi udah sampe kantor, langsung absen dan di layar hape tersimpan jam datang 06.57, alhamdulillah bisa fleksi, pulang jam 16.30.

Kebetulan irama kerjaan landai, dari abis ashar udah ga ada tugas selain menanti jam pulang. Tepat jam 16.30 absen pake aplikasi di hape dan berhasil terekam jam 16.32 WIB. Lanjut pesan ojek online, ga pake lama babang gojek udah ready di depan gedung kantor, liat jam terlihat angka 16.40, lanjut baaaaaaaang….

Entah berapa lama di jalan tapi pas KRL datang sempat terlihat jam menunjukkan angka 17.50 waktu stasiun jatinegara, langsung ngacir ke stasiun tanah abang. 20 menit kurang dikit KRL udah sandar di peron 2 stasiun tanah abang, sayup-sayup anouncer berteriak bahwa kereta jurusan parung panjang akan segera diberangkatkan, alhamdulillah dimudahkan untuk dapat kebawa sama kereta parung panjang……

Sesuai jadwal KrL tiba di stasiun pondok ranji jam 17.30, pas liat jam ada sedikit rasa ga percaya, karena….. sejam sebelumnya masih absen online di rawamangun, ajaib rasanya, bintaro rasa bekasi karena cuma sejam doang di jalan.

Tapi begitulah, kalo pas emang enak….

Stop and Walk

Dua kali ke tanah suci satu hal yang saya perhatikan adalah berat badan tidak meningkat pesat bahkan cenderung turun padahal asupan makanan boleh dibilang melimpah.

Setelah dipikir-pikir ternyata ada satu kegiatan yg menurut saya berkontribusi besar terhadap kestabilan berat badan selama berada di sana, yaitu jalan cepat mengejar shalat jamaah di masjid.

Memang selama di tanah suci kerjaan kita ya menunggu waktu shalat diselingi kegiatan lainnya, beda dengan keseharian di endonesya dimana sholat justru dikerjakan diantara kegiatan keseharian kita.

Sebetulnya jarak hotel dengan masjid tidal terlalu jauh, namun karena mengejar tempat sholat yg nyaman maka mode jalan yg kita lakukan adalah mode jalan cepat kayal orang yg mau ngejar sesuatu. Sebagai perbandingan mungkin kayak orang yg ngejar jadwal kereta atau bis, bergegas dan tidak santai.

Makan selama di tanah suci 3x sehari, semuanya full, sarapan, maksi dan makan malam, belum lagi kalo lagi kepengen makan di luar, pokoknya ga ada skip nya lah, tapi tidak juga membuat badan melebar. Ada sih beberapa kali skip makan siang atau malam, itu pun karena memang udah begah kebanyakan makanan lain yg disediakan hotel.

Kembali ke kehidupan normal di tanah air, dalam 6 bulan terakhir perjalanan ke kantor harus menggunakan transportasi umum KRL dan bis TJ, dimana untuk sampai ke peron dan halte wajib jalan kaki yg durasinya minimal 5 menit. Kalo dihitung untuk sekali perjalanan pergi ke kantor saya ada 5×5 menit jalan kaki mode cepat alias tergesa baik menuju peron, menuju halte, transit antar halte/peron dan dari halte ke kantor, alhasil untuk 1 perjalanan pp saja harus menjalani 2×25 menit jalan cepat.

Ntahlah, kalo pake metode self assesment sih baju seragam lama udah cukup lagi, tapi kalo timbangan sih baru turun 2 kiloan, kayaknya masih harus menjalani beberapa bulan lagi untuk bisa mengklaim bahwa jalan cepat di tanah air berperan aktif dalam penurunan berat badan saya.

Integrasi

Berkendaralah sepanjang jalan dari Kota menuju Blok M, perhatikan tulisan besar yang tertera di setiap halte bis Transjakarta, INTEGRASI, kata yg relatif sering didengar namun orang awam bisa jadi sulit untuk mencerna secara langsung apa kaitan kata tersebut dengan halte bis, bisa jadi kata tersebut diasumsikan hanya dipilih karena terkesan keren, sulit dipahami dan studen, butuh level literasi diatas rata-rata untuk paham, sementara ini biarlah INTEGRASI mengisi ruang kosong dinding halte, kalo difoto terlihat matching dan estetis…..

Jalani Saja

Tiga bulan sudah perjalanan tanpa bis jemputan menuju tempat kerja, alhamdulillah sudah didapatkan pilihan terbaik dan alternatif pilihan jika ternyata ada hal yang tidak sesuai dengan yang dibayangkan.

Pada dasarnya KRL memiliki semua keunggulan, REL yang disediakan khusus dan didedikasikan hanya untuk KRL tidak mungkin digunakan oleh moda lain. KRL juga memiliki jadwal yang relatif tepat waktu dengan deviasi penyimpangan yang relatif kecil, kalau pun ada, masinis bisa melakukan koreksi dengan menambah kecepatan antar stasiun. Clue untuk menyikapi ketidaksempurnaan KRL adalah bersabar menanti jadwal kereta berikutnya. Percayalah, menanti jadwal jauh lebih baik dibandingkan dengan upaya memadu aneka moda untuk mencapai Stasiun Tanah Abang atau Palmerah. titik.

Bus Transjakarta memang memiliki sejumlah armada, di awal pagi jenis angkutan ini terbukti efektif membawa penumpang ke tempat tujuannya. Semakin siang ketika jalanan mulai rame, efektivitas bus tergerus oleh kemacetan jalur arteri, sumbatan di persimpangan jalan dan serobotan pengguna jalan arogan yang maksa masuk ke jalur busway. Ketika armada bus tertahan, suplay kendaraan ke berbagai halte pun tersendat, makin siang jarak antar bus semakin jarang alhasil waktu tempuh semakin lama. Solusinya, kalo mau naik bus ini berangkatlah lebih pagi.

Terakhir, karena polanya sudah ketemu maka serial nyari rute terbaik pun berakhir sudah. Selanjutnya masri kita cari ide lain sebagai bahan tulisan.

I’m Done

berangkat sebelum maghrib berharap ada miracle di Kebayoran, alhasil nyampe rumah malah lewat isya, maghrib pun dijamak ……………

Muncul hingar bingar berita di medsos, udah ga jaman lagi kanal berita apalagi koran atau tipi, bahwa Stasiun Kebayoran udah nyambung dengan halte transjakarta. Mencoba pada kesempatan pertama akhirnya gagal total karena salah turun di halte kebayoran harusnya halte velbak, akhirnya nyambung opang ke stasiun, 15 rb pun lewong, bah…

Kesempatan kedua pun datang. Sebelum maghrib udah pulang, berkaca pada kesempatan pertama dengan timing yang dipas-pasin, diperkirakan akan sampe di Stasiun Kebayoran dan bisa ikut KRL yang jam 18.28, bahkan mungkin bisa lebih cepet. Karena kalopun langsung ke Jatinegara nyampe di sono sekitar jam segitu. Tapi, lupa memperhitungkan waktu, kesempatan pertama itu kejadiannya abis maghrib dimana kondisi lalu lintas relatip lebih landai, beda dengan sebelum maghrib dimana mayoritas manusia pada balapan pengen pulang dan maghriban di rumah…………..

Ada suatu hukum yang dikenal dengan hukum murphy, anyting that can go wrong will go wrong – suatu yang bisa rusak suatu saat pasti rusak, kurleb seperti itu terjemahannya. Sepertinya hukum ini sedang berlaku saat pulang kantor ini.

Kelemahan bis Transjakarta adalah dia melewati jalan raya yang rawan macet, bila kena macet maka suply bis akan terhambat dan ini menimbulkan efek domino. Perjalanan dari Halte BC ke Halte Pancoran Barat memakan waktu hampir 2 jam. Bis jurusan cawang langka, bis jurusan pluit langka, begitu dapat pun kena macat 30 menit sebelum sampai di halte pancoran 2, begitu masuk ke halte pancoran 2 kondisinya full dan belum tentu tersedia bis jurusan puri beta, alhasil? Lanjutkan sampe ke JCC lanjut ke Palmerah. Jam 19.45 sampe di Palmerah. I’m done….. aing kapoklah. 17.30 dari Rawamangun sampe Palmerah 19.45, mari kita tepuk tangan saudara-saudaraku.

Kesimpulan

Perjalanan via KRL merupakan pilihan terbaik dari sekian banyak pilihan moda transportasi yang ada, memang ada beberapa kendala, seperti jadwal kosong KRL yang membuat waktu tunggu lebih lama, namun ini masih lebih baik jika dibandinkan perjalanan menggunakan moda berbasis jalan raya.

Dari sisi perhitungan waktu tempuh, bis bisa menjanjikan durasi yang lebih singkat, jika dan hanya jika jadwal kedatangannya bisa diprediksi dan konsisten, namun pada prakteknya keterlambatan kedatangan bis dan kemacetan menjadi faktor kendala yang dominan terhadap ketidaklayakan pilihan bis dibandingkan dengan KRL.

Akhirnya bis menjadi alternatif angkutan menuju stasiun terdekat saja, mau pagi ataupun sore.